Hutan yang tak beRimba

siang itu semua langkah menuju kesana. aku mengiringi setiap langkah yang lebih dulu pergi. aku mengikuti arah semua langkah itu. semua langkah itu berhenti di sebuah parkiran besar yang berada di dekat jembatan gantung itu. aku terkejut, rupanya semua teman-teman aku telah berkumpul di sana untuk mengikuti kuliah hari itu. hutan kota menjadi objek hari ini untuk menerima kehadiran kami. tidak lama berselang setelah kami hadir di tengah hutan itu, seorang wanita separuh baya menghampiri kami semua. ibu Farida namanya. beliau memperkenalkan huta itu kepada kami semua. tanpa banyak basa basi lagi, kami semua bergegas mengambil catatan kecil kami untuk menulis tentang hutan kota ini. ibu Farida menjelaskan secara gamblang kepada kami tentang awal berdirinya hutan kota ini. rupanya hutan kota ini adalah lahan tanah tambak yang menjadi korban ganasnya tsunami 2004 yang lalu. karena masyarakat sekitar wilayah tersebut tidak mau lagi membangun tambaknya karena takut akan terjadi lagi musibah superdahsyat itu, maka atas inisiatif pemerintah kota ingin membangun tanah tandus itu menjadi hutan di tengah kota. namun pemerintah kota tidak sendiri dalam melaksanakannya. mereka di bantu oleh BNI 46 dan juga Yayasan Bustanussalafin. 

awalnya hanya sikap pesimis yang hadir dalam masyarakat sekitar ketika mendengar tanah bekas tsunami itu untuk di jadikan hutan kota. namun komponen masyarakat yang mendukung untuk membangun hutan kota itu sangatlah optimis. meski kadang-kadang mereka juga ragu dengan hasil yang baik. namun berkas sikap optis itu, mereka mampu menghapus sikap pesimis masyarakat untuk membangun hutan kota. kini hutan itu telah ada di banda aceh. berdiri tegak di desa tibang. kini hutan kota itu bukanlah hutan rimba yang di huni binatang buas. hutan yang luasnya 7,15 hektar ini, memiliki 150 jenis tanaman dan memiliki 3500 buah pohon. semua tanaman itu hidup sangat subur. dan hutan itu juga di huni oleh 12 jenis burung yang telah menjadikan hutan kota sebagai rumahnya.

kini huta itu bukanlah sebuah hutan yang memiliki rimba. hutan itu menjelma sebagai taman tempat untuk berekreasi. begitu banyak masyarakat yang berkunjung kesana. mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. kami pin penasarah utnuk mengelilingi hutan itu. walaupun wilayahnya luas, aku dan teman-teman bersedia untuk melangkahkan kaki kami untuk menjelajah hutan itu. semua kaki pun beranjak untuk mengelilingi hutan itu. kami terus menelusuri setiap jalan setapak yang telah di buat khusus oleh pengelola hutan kota. kami sangat menikmati siang itu. walupun panas, namun kami terus menelusuri wilayah itu. panas, namu kami tetap sejuk saat berasa di sekeliling pohon-pohon rindang itu dan bunga-bunga pun melihat kami berjalan dengan sangat senang. tanpa sadar, kami sampai di ujung jalan. setelah menelusuri semuanya. kami kembali berkumpul semua dan mendengar kembali arahan dari seorang pemuda yang lebih tua dari kami, yaitu dosen kami. setelah arahan yang beliau berikan. semua kami berpencar kembali. karena waktu kunjungan kami sudah selesai. kami pun meninggalkan hutan kota itu untuk kembali beraktivitas yang lain. semua memiliki kenangan sendiri tentang hutan tanpa rimba itu. semua hanya bisa di kenang dan bisa kembali mengambil kenangan itu di lain waktu.


Komentar

Postingan Populer