Senja Di Pantai Syariat


Angin terus berhembus kencang, ombak pun menari begitu indahnya seolah-olah ia menunjukkan kepada ku bahwa dia juga bisa menari layaknya seperti para insan di bumi. Aku pun terus menikmati pertunjukan para ombak yang memamerkan kepandaian mereka dalam menari yang di iringi dengan nada – nada para ombak itu sendiri. Aku larut dalam kuasa Ilahi tersebut, hati ini seperti tersentuh akan kuasa-Nya. Sebagian insan asik bermain bola kaki dengan begitu gembira sampil bercanda gurau. Suasana yang sangat indah dan penuh dengan kegembiraan.
Namun secara tiba-tiba pemandangan itu tertutup oleh pertunjukan para insan yang juga menari di tepi pantai  tersebut. Sepasang makhluk yang hina ini tiba-tiba muncul di depan pertunjukan para ombak dan kegembiraan para insan berolah raga. Mereka tidak menyadari bahwa aku dan para ombak menjadi saksi apa yang sedang mereka lakukan. Tanpa rasa malu mereka berpelukan di depan makhluk Allah yang lain. Mereka tidak menyadari bahwa malaikat sedang mencatat apa yang mereka lakukan.
Mereka menganggap seolah – olah bumi ini hanya milik mereka berdua. Mereka tidak menyadari bahwa ajal bisa saja menjemput mereka di saat mereka bermaksiat di bumi Allah. Mereka tidak menyadari betapa hinanya mereka di sisi Allah dan Makhluk-Nya. Sungguh aku malu untuk melihatnya. Tapi mereka tidak menyadari itu.
Aku pun tidak sanggup menyaksikan itu lebih lama lagi. Aku menghampiri mereka dan berkata,” hai, Apa yang kalian lakukan? Apa tidak malu terhadap Allah?. Pemuda itu menjawab :” ini bukan urusan kamu, kalau mau ceramah di mesjid sana bukan di sini”. Aku pun menjadi geram terhadap jawaban pemuda itu. Dalam hati aku pun berkata: “Ya Allah, Mengapa Engkau menjadikan dia lebih kuat dari aku, andai saja aku lebik kuat dari dia, maka aku akan memukulnya”.
Tanpa berkata apapun, aku pergi meninggalkan mereka. Aku sepertinya telah menelan sesuatu yang sangat pahit dan begitu menyakitkan. Padahal aku hanya melakukan sesuatu perintah yang di suruh oleh Allah jika Aku melihat kemungkaran. Aku berjalan dalam kesedihan dan hatiku berdoa” ya Allah, jadikan mereka makhluk yang sadar akan kuasa dan nikmat-Mu, ampunkanlah dosa mereka, mungkin ini bukan salah mereka, mungkin ini akibat dari lalainya para pemimpin di negeri syariat ini, berikan mereka petunjuk-Mu”.
Aku terus berjalan menelurusi tepi pantai yang sangat indah ini. Tapi aku semakin heran setiap 5 sampai 1 meter aku berjalan, aku pun semakin terpaku dengan pemandangan kotor anak manusia yang seperti tadi.  Aku tidak menghiraukan lagi karena  takut  akan terjadi hal yang sama jika aku menegurnya.
Matahari mulai terbenam sebagai tanda akan masuknya waktu gelap. Lantunan ayat suci Al-Qur’an pun mulai terdengar di rumah Allah sebagai tanda akan datangnya waktu maghrib. Para insan pun mulai meninggalkan pantai. Aku pun  mulai beranjak untuk meninggalkan pantai  yang begitu indahnya. Aku menuju arah suara lantunan Ayat suci Al-qur’an tadi untuk melaksanakan kewajiban hamba terhadap Tuhan karena nikmat yang telah di berikan-Nya kepada kita selaku hamba.

Komentar

Postingan Populer