Tsunami dan Aceh

10 tahun telah berlalu, namun peristiwa itu tetap akan terkenang dan berbekas dalam ingatan masyarakat Aceh yang pernah merasakan dahsyatnya gelombang tsunami itu. Gelombang yang datang dari penjuru wilayah pesisir Aceh. Sebelum datang sang gelombang, gempa yang sangat dahsyat menghantui aceh dengan kekuatan gempa 8,9 SR. Setelah selang beberapa menit gelombang pun datang menyapa masyarakat Aceh tanpa pandang bulu. Semua yang di laluinya dibersihkan seketika tanpa seorang pun yang mampu menghalaunya. Terasa kiamat datang di hari itu. Tepat pada hari minggu 26 desember 2004 jam 9 pagi seakan manusia lupa dengan segala-galanya. Manusia hanya berfikir untuk diri sendiri untuk menyelamatkan diri. Huru hara yang terjadi menggambarkan kiamat kecil sudah datang. Teriakan minta tolong terus bergema di sepenjuru pesisir wilayah aceh sejak gelombang dahsyat itu datang. seakan semua akan sirna. tanpa ada harapan untuk bisa hidup. Semua yang merasakan dan melihat  suasana pagi itu seakan nyawa mereka di ujung tanduk. Seakan tidak ada lagi hari esok. Semua larut dalam doa tanpa batas agama. hanya ucapan istighfar yang terucap dalam setiap bibir dan langkah masyarakat aceh waktu itu.  

Gelombang yang hanya datang 15 menit itu mampu memporak-porandakan aceh waktu itu. Tidak ada harapan lagi aceh bisa bangkit. Wilayah pesisir seakan menjadi padang tandus tanpa penghuni. Harapan untuk bisa hidup pun sirna di hari itu. Seakan semua sudah usai melihat kondisi aceh saat itu yang berada di ujung tanduk. Nyawa aceh sudah berada di kerongkongan. Aceh hampir punah saat itu. hanya doa dan air mata yang terus menemani aceh saat itu. setiap wajah tergambar keputus-asaan dan rasa kehilangan yang sangat dalam. ribuan nyawa melayang dalam 15 menit saja di hari itu. hanya satu kalimat yang sering keluar hari itu," dimana saudaraku ( Ayah,ibu,anak,kaka, abang, adik)". 

Namun dunia mencium tsunami, mereka berbondong-bondong ke Aceh untuk menolong dan membantu  masyarakat aceh. Tanpa ada perbedaan ras, budaya, agama, mereka menolong aceh dengan sukarela. Mereka menyalurkan tenaga, dana, dan apapunm yang bisa merekan berikan untuk Aceh saat itu. Dunia seakan ada di Aceh. berbagai bentuk, model, tipe, orang ada di aceh. mulai dari yang pendek, hitam, putih, besar, hidung mancung, mata sipit, dll ada di aceh. Dunia ada di Aceh saat itu. semua perbedaan itu hilang hanya ada rasa iba, dan sukarela saat itu. Semua saling tolong menolong, Semua saling mengenggam tangan untuk membangun aceh kembali. hanya ada satu pandangan saat itu, Aceh harus bangkit dan menbangun kembali dari nol.

Uluran tangan dari berbagai bangsa di dunia mendorong aceh untuk kembali bangkit. kembali untuk menatap matahari terbit yang mulai bersinar kembali di Aceh. setelah linangan air mata yang terus mengalir tanpa henti, kini berubah menjadi senyuman dalam tiap langkah. keceriaan mulai kembali hadir di tengah-tengah anak Aceh. bukan berarti duka itu hilang namun hanya sekedar untuk mengalihkan duka yang begitu dalam. duka yang mungkin tidak akan pernah hilang bagi rakyat aceh yang mengalaminya.

kini Aceh kembali berdiri dan menampakkan pada dunia seraya mengatakan " wahai dunia, terima kasih telah membantu serta mendorong kami untuk bisa berdiri kembali, serta membantu kami untuk bisa berjalan dan berlari kembali. kalian telah rela menyumbangkan biaya, tenaga, ide, dan cerita untuk bisa membangunkan kami dari musibah besar ini. semoga ini menjadi tali persaudaraan yang sebenarnya dan menjadikan kami negeri yang terus ada dan berjalan dengan semestinya, terimakasih dunia ".


Lamnga Pasie, 26 desember 2014

Komentar

Postingan Populer